Thomas Lembong, Bankir yang Melompat Jadi Menteri Perdagangan

12 Agu 2015 at 13:42 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Thomas Trikasih Lembong sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Rachmat Gobel. Jika tak diganti seperti Rachmat, dalam empat tahun ke depan, pria yang akrab dipanggil Tom ini akan mengurusi mengenai kuota ekspor dan impor nasional.

Sebelum terpilih sebagai Menteri Perdagangan, Nama Tom bertarung dengan beberapa nama lain dalam bursa reshuffle. Mantan Menteri Perdagangan di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu Muhammad Lutfi juga digadang-gadang akan menggantikan Rachmat Gobel.

Jika disandingkan kedua nama tersebut, masyarakat luas tentu lebih mengenal Lutfi jika dibandingkan dengan Tom. Namun sebenarnya, sepak terjang Tom di sektor keuangan sudah lama.

Nama Tom pernah juga muncul di bursa menteri saat Presiden Joko Widodo akan membentuk kabinet baru pada September 2014 lalu. Namanya muncul untuk posisi Menteri Keuangan dan juga Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Nama Tom mulai dikenal saat divestasi saham PT Bank Central Asia (BCA). Saat itu, Tom menjabat sebagai Kepala Divisi Asset Management Investment di Badan Penyelamatan Perbankan Nasional (BPPN).

Tom merupakan lulusan Harvard University pada 1994 program studi Architecture and Urban Design dengan gelar Bechelor of Arts. Saat ini dirinya menjabat sebagai CEO dan Managing Partner dari perusahaan ekuitas swasta terkemuka yang berfokus di Indonesia, yaitu Quvat Capital.

Perusahaan investasi tersebut mengelola dana lebih dari US$ 500 juta. Lebih dari 11 perusahaan berada di bawah manajemen Quvat. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di sektor kelautan, logistik, konsumsi, dan juga keuangan.

Tom dinilai sebagai pribadi yang penuh pengalaman. Dia pernah bekerja di sejumlah perusahaan internasional seperti Morgan Stenley dari 1995 hingga 1996, Deutsche Bank, menjabat sebagai President Commissioner PT Graha Layar Prima (Blitzmegaplex) dan Farindo Investments.

Tom juga pernah menyabet gelar Young Global Leader (YGL) pada ajang World Economic Forum pada 2008 di Davos, Swiss. (Dny/Gdn)