Salim Segaf Al-Jufri, Majelis Syuro PKS dan Budaya Keislaman

foto: TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo


Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera Jawa Tengah Fikri Fakih menilai suksesi kepemimpinan tingkat pusat di partainya merupakan sesuatu yang biasa. Ia menyatakan menjelang pemilihan pimpinan PKS di pusat tak ada kandidat yang berkampanye di daerah-daerah. “Kalau ada yang kampanye justru tak akan dipilih,” kata Fikri di Semarang, Rabu, 12 Agustus 2015.

Fikri menyatakan terpilihnya Salim Segaf sebagai Ketua Majelis Syuro PKS adalah sesuatu yang biasa. Fikri yang juga anggota Majelis Syuro mengaku menyaksikan sendiri bagaimana proses terpilihnya Salim. Dari tiga calon yang ada, semuanya berebut saling menolak jabatan. Kata Fikri, mereka tidak berebut menjadi Ketua Majelis Syuro, tapi justru saling menolak.

Bahkan, kata dia, tidak ada yang siap bila dipilih sebagai pimpinan PKS. Jika diminta kesediaan, maka ketiga calon itu tidak bersedia. Namun, kata Fikri, jika sudah ditunjuk tidak bisa menolak.

Fikri juga menegaskan terpilihnya Sohibul Iman menjadi Presiden PKS tak direncanakan. Sebelum pelaksanaan musyawarah Majelis Syuro di Bandung, kata Fikri, Iman masih sibuk dengan agenda kerja sebagai wakil rakyat. “Tak ada konsolidasi atau kampanye-kampanye,” kata Fikri.

Fikri menilai Salim cocok menjadi Ketua Majelis Syuro. Salim dinilai memiliki basis massa yang jelas dan ilmu agama yang mumpuni. Basis Salim adalah organisasi Al-Khairat di Sulawesi. Selain itu, Salim juga dinilai sangat dekat dengan budaya keislaman yang mumpuni karena keturunan habib. Selama ini, kata Fikri, ada yang menganggap PKS sebagai wujud dari Islam modern yang mengikuti ajaran Wahabi. Apalagi ada anggapan PKS dihuni kalangan alumnus lembaga dakwah kampus.

ROFIUDDIN (SEMARANG)

Sumber: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/13/078691666/salim-segaf-al-jufri-majelis-syuro-pks-dan-budaya-keislaman