Liputan6.com, Jakarta -
Presiden Joko Widodo menerima direktur program acara dari sejumlah
televisi swasta dan nasional Indonesia. Dalam kesempatan itu Jokowi
menyampaikan klarifikasi atas pidato kenegaraan di MPR pada 14 Agustus
2015 yang menyebut banyak media yang menayangkan program hanya demi
mengejar rating.
Presiden Jokowi juga meminta televisi swata maupun nasional tidak hanya memberi tayangan yang mengandung nilai hiburan semata, namun juga ada nilai positif dan etika yang sesuai dengan kultur di Indonesia.
"Jangan sampai kita memandu publik menjadi konsumtif dan percaya akan takhayul. Seharusnya justru mengedukasi masyarakat dan memberikan pola pikir positif serta membangun," ucap Presiden Jokowi ketika menyambut para direktur program televisi di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat 21 Agustus 2015.
Jokowi mengatakan bahwa program televisi memang mencari rating yang tinggi, namun pencapaian rating tersebut diharapkan juga dapat mendidik pemirsanya sekaligus menghibur.
"Jadi kreativitas dan pembuat-pembuat acara diharapkan berkonten positif dalam mendorong menghibur juga ada unsur pendidikan. Juga penambahan sisi-sisi moralitas rohani dan juga hal yang bersifat nasionalisme, seperti ada lagu Indonesia Raya dan sebagainya," ujar presiden.
Tingkatkan Nasionalisme
Diharapkan dengan adanya penanyangan lagu-lagu kebangsaan tersebut di dalam siaran televisi dapat meningkatkan nasionalisme masyarakat.
"Boleh hiburan nyanyian, tetapi misalnya, sekali-kali ada nyanyilah 'Berkibarlah benderaku', kan enggak apa-apa. Atau 'Garuda Pancasila', kan kenapa tidak. Gitu lho. Diisi ajalah itu, barang enggak ada satu menit juga. Hal-hal seperti ini yang saya lihat," urai mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Jokowi mengakui, saat menonton televisi, dirinya tidak hanya menyaksikan tayangan berita. Namun juga tidak jarang ia menyaksikan acara-acara hiburan, baik itu sinetron, acara musik maupun program-progam televisi lain yang banyak digemari masyarakat.
"Saya tuh nonton, terus terang, nonton semuanya yang bapak ibu produksikan. Yang menghibur saya kira juga sisi hiburannya banyak sekali. Saya tahu, tapi apa tidak bisa diisikan menghibur tapi mendidik. Menghibur tapi mengedukasi. Menghibur tapi mengisi dengan sisi moralitas. Nonton itu seneng, sampai yang dangdut sampai yang rock saya tonton semuanya," urai Jokowi sambil tertawa.
Bukan Kekang Kebebasan
Namum Presiden juga menegaskan bahwa dirinya tidak menginginkan untuk mengekang kebebasan pers Indonesia, oleh karena mengundang direktur program bukan berita.
"Ini bukan di news-nya, sekali lagi ini bukan di masalah news (yang dikekang)," tukas Jokowi.
Dalam acara tersebut, Jokowi didampingi Menkominfo Rudiantara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua KPI Jhudariksawan, dan Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki. Sedangkan para direktur televisi yang hadir di antaranya, Harsiwi Achmad (SCTV/Indosiar), Dini Putri (RCTI), Uut Permatasari (MNC TV), Hary Martono (Global TV), Atiek Nur Wahyuni (Trans TV), Leona Anggraini (Trans7), Otis Hahijary (AnTV), Toto Surjanto (TVOne), Tomy Suryopratomo (MetroTV), Wishnutama (NET), Alvin Sariaatmadja (Amanah Surga), dan Kepra (TVRI). (Ans/Nda)
Presiden Jokowi juga meminta televisi swata maupun nasional tidak hanya memberi tayangan yang mengandung nilai hiburan semata, namun juga ada nilai positif dan etika yang sesuai dengan kultur di Indonesia.
"Jangan sampai kita memandu publik menjadi konsumtif dan percaya akan takhayul. Seharusnya justru mengedukasi masyarakat dan memberikan pola pikir positif serta membangun," ucap Presiden Jokowi ketika menyambut para direktur program televisi di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat 21 Agustus 2015.
Jokowi mengatakan bahwa program televisi memang mencari rating yang tinggi, namun pencapaian rating tersebut diharapkan juga dapat mendidik pemirsanya sekaligus menghibur.
"Jadi kreativitas dan pembuat-pembuat acara diharapkan berkonten positif dalam mendorong menghibur juga ada unsur pendidikan. Juga penambahan sisi-sisi moralitas rohani dan juga hal yang bersifat nasionalisme, seperti ada lagu Indonesia Raya dan sebagainya," ujar presiden.
Tingkatkan Nasionalisme
Diharapkan dengan adanya penanyangan lagu-lagu kebangsaan tersebut di dalam siaran televisi dapat meningkatkan nasionalisme masyarakat.
"Boleh hiburan nyanyian, tetapi misalnya, sekali-kali ada nyanyilah 'Berkibarlah benderaku', kan enggak apa-apa. Atau 'Garuda Pancasila', kan kenapa tidak. Gitu lho. Diisi ajalah itu, barang enggak ada satu menit juga. Hal-hal seperti ini yang saya lihat," urai mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Jokowi mengakui, saat menonton televisi, dirinya tidak hanya menyaksikan tayangan berita. Namun juga tidak jarang ia menyaksikan acara-acara hiburan, baik itu sinetron, acara musik maupun program-progam televisi lain yang banyak digemari masyarakat.
"Saya tuh nonton, terus terang, nonton semuanya yang bapak ibu produksikan. Yang menghibur saya kira juga sisi hiburannya banyak sekali. Saya tahu, tapi apa tidak bisa diisikan menghibur tapi mendidik. Menghibur tapi mengedukasi. Menghibur tapi mengisi dengan sisi moralitas. Nonton itu seneng, sampai yang dangdut sampai yang rock saya tonton semuanya," urai Jokowi sambil tertawa.
Bukan Kekang Kebebasan
Namum Presiden juga menegaskan bahwa dirinya tidak menginginkan untuk mengekang kebebasan pers Indonesia, oleh karena mengundang direktur program bukan berita.
"Ini bukan di news-nya, sekali lagi ini bukan di masalah news (yang dikekang)," tukas Jokowi.
Dalam acara tersebut, Jokowi didampingi Menkominfo Rudiantara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua KPI Jhudariksawan, dan Tim Komunikasi Presiden Teten Masduki. Sedangkan para direktur televisi yang hadir di antaranya, Harsiwi Achmad (SCTV/Indosiar), Dini Putri (RCTI), Uut Permatasari (MNC TV), Hary Martono (Global TV), Atiek Nur Wahyuni (Trans TV), Leona Anggraini (Trans7), Otis Hahijary (AnTV), Toto Surjanto (TVOne), Tomy Suryopratomo (MetroTV), Wishnutama (NET), Alvin Sariaatmadja (Amanah Surga), dan Kepra (TVRI). (Ans/Nda)