Turki Tidak Akan Tolak Pengungsi Asal Suriah


Ankara - Pemerintah Turki tidak akan menolak atau mengusir para pengungsi asal Suriah yang membanjiri negara mereka karena kabur dari peperangan. Tidak hanya menampung, pemerintah Turki juga memberikan mereka kesempatan untuk dapat membaur dan bekerja di negara tersebut.

Menteri Tenaga Kerja dan Keamanan Sosial Turki, Ahmet Erdem, saat ditemui CNN Indonesia di Ankara, Rabu (2/8), mengatakan bahwa mereka tidak bisa menolak kedatangan orang-orang yang membutuhkan pertolongan ke negara itu.

"Kami telah menampung dua juta pengungsi dan telah menghabiskan US$5-6 juta. Kami tidak bisa menolak mereka," kata Erdem.


Turki merupakan pintu pertama bagi para pengungsi dari Suriah yang mencari aman dari perang di negara mereka. Dari Turki, ribuan pengungsi kebanyakan mencoba mengadu nasib di negara-negara Eropa melalui perjalanan panjang yang berbahaya.

Namun sambutan di berbagai negara Eropa tidak semuanya ramah, beberapa menolak. Ada kekhawatiran di masyarakat Eropa bahwa kehadiran para pengungsi akan menimbulkan permasalahan sosial di negara mereka.

Erdem mengatakan, Turki telah mengantisipasi segala dampak buruk yang mungkin timbul, salah satunya tingginya angka pengangguran. Karena itulah Turki memberikan kesempatan kerja bagi warga Suriah yang memasuki negara itu dengan izin.

"Bagi kelompok pengungsi yang memasuki Turki dengan dokumen lengkap seperti paspor dan mendaftarkan dirinya, kami memberikan izin kerja di Turki dan mereka bisa memulai usaha sendiri," ujar Erdem.

Namun bagi mereka yang masuk secara ilegal akan ditampung di kamp pengungsi di dekat perbatasan, diberikan nomor pengungsi, dan pelatihan agar bisa berbaur dengan masyarakat sekitar.

Erdem juga menjelaskan bahwa Turki telah meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi pengangguran, salah satunya dengan memberikan insentif dan subsidi bagi mereka yang ingin mencari kerja. Hal ini diharapkan dapat meredam kecemburuan sosial dalam masyarakat Turki terhadap warga pengungsi yang bekerja.

Kecemburuan semacam inilah yang menyebabkan terjadinya penolakan di banyak negara Eropa, salah satunya oleh kelompok sayap kanan Jerman.

"Kami telah mengambil langkah untuk meredam dampak yang negatif," kata dia.


Permasalahan pengungsi ini juga bisa menjadi salah satu agenda pembicaraan dalam pertemuan KTT G20 November mendatang di kota Antalya. Sherpa Turki, sebutan untuk juru bicara G20, Ayse Sinirlioglu, mengatakan bahwa agenda G20 sangat terbuka untuk berbagai permasalahan yang menjadi perhatian negara anggota, termasuk pengungsi, walau tidak masuk secara resmi dalam daftar acara.

Apalagi, kata dia, banjirnya pengungsi ke Turki dan Eropa adalah akibat perubahan geopolitik di kawasan yang bisa berimbas pada perekonomian global yang menjadi salah satu agenda kunci dalam G20 tahun ini.

"Masalah imigran jika mempengaruhi ekonomi global maka akan dibahas. Tidak mungkin memisahkan masalah geopolitik dengan geoekonomi," kata Sinirlioglu.

Dia juga kembali menyampaikan sikap pemerintah Turki yang tidak akan menolak dan mengusir para imigran.

"Kami tidak akan menutup pintu kami bagi mereka yang terancam nyawanya, karena warga Turki adalah warga yang penyayang," ujar Sinirlioglu.

Sinirgiolu juga tidak khawatir kehadiran pengungsi Suriah berdampak buruk bagi negaranya. Karena menurut dia, kebanyakan pengungsi Suriah adalah orang-orang berpendidikan, anak muda  atau pengusaha, yang bisa menyumbang di masyarakat Turki. (stu)