JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya
menunjuk Teten Masduki sebagai Kepala Staf Kepresidenan menggantikan
Luhut Binsar Pandjaitan yang kini menjabat Menko Polhukam. Ia dilantik
di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/9/2015) pukul 09.20 WIB.
Nama Teten mencuat ke publik usai mendirikan LSM penggiat anti korupsi. Yakni Indonesian Corruption Watch (ICW).
Bersama ICW, ia berupaya membongkar kasus suap yang melibatkan Jaksa Agung Andi M Ghalib pada masa pemerintahan BJ Habibie. Upaya itu membuat Andi lengser dari jabatannya. Itu yang membuat pria berkepala plontos itu dianugerahi Suardi Tasrif Award pada 1999.
Namun ia ternyata tak selamanya berkarier di ICW. Ia banting setir menjadi seorang politikus.
Pada 2013, Teten maju sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat mendampingi politikus PDIP Rieke Diah Pitaloka. Namun gagal.
Tapi itu pula yang menjadi salah satu faktor yang membuatnya dekat dengan PDIP. Partai yang mengusung Jokowi sebagai Presiden, Presiden yang menunjuknya sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Teten Masduki lahir dari dari keluarga petani di Kecamatan Limbangan, Garut, Jawa Barat, pada 6 Maret 1963. Ia SMA di Bandung, kuliah di IKIP Bandung. Semasa mudanya, ia kerap demo memperjuangkan hak-hak petani.
Nama Teten mencuat ke publik usai mendirikan LSM penggiat anti korupsi. Yakni Indonesian Corruption Watch (ICW).
Bersama ICW, ia berupaya membongkar kasus suap yang melibatkan Jaksa Agung Andi M Ghalib pada masa pemerintahan BJ Habibie. Upaya itu membuat Andi lengser dari jabatannya. Itu yang membuat pria berkepala plontos itu dianugerahi Suardi Tasrif Award pada 1999.
Namun ia ternyata tak selamanya berkarier di ICW. Ia banting setir menjadi seorang politikus.
Pada 2013, Teten maju sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat mendampingi politikus PDIP Rieke Diah Pitaloka. Namun gagal.
Tapi itu pula yang menjadi salah satu faktor yang membuatnya dekat dengan PDIP. Partai yang mengusung Jokowi sebagai Presiden, Presiden yang menunjuknya sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Teten Masduki lahir dari dari keluarga petani di Kecamatan Limbangan, Garut, Jawa Barat, pada 6 Maret 1963. Ia SMA di Bandung, kuliah di IKIP Bandung. Semasa mudanya, ia kerap demo memperjuangkan hak-hak petani.