Rabu, 2 September 2015 | 14:18 WIB
Terkait
- Ini Cara Polisi Antisipasi Perselisihan Antar Pengojek
- Siasat Pengojek Basis Aplikasi Hindari Intimidasi di Jalan
- Gagal Gabung Go-Jek, Pengojek Pangkalan Malah "Nyabu"
- Eks Pemain Timnas Daftar Jadi Pengemudi Go-Jek
- Dikeluhkan Pelanggan karena Tak Selesaikan Order, Ini Alasan Pengemudi Go-Jek
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menantang Nadiem Makarim, CEO PT Go-Jek
Indonesia, untuk membuat aplikasi bagi angkutan umum lainnya. Sebab,
banyak operator angkutan umum kekurangan finansial dan kemampuan untuk
membuat layanan aplikasi tersebut.
"Supaya Anda tidak melanggar hukum, jadi banyak operator taksi, termasuk bajaj itu bisa Anda ajak kerja sama. Bajaj di Jakarta itu 17.000, ada operator taksi hampir 10.000 lebih, tidak punya finansial untuk membuat aplikasi. Kenapa enggak Anda buat?" kata Shafruhan dalam diskusi soal ojek berbasis aplikasi di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/9/2015).
Nadiem pun langsung tegas menjawab sambil menyunggingkan senyum. "Siap, Pak," jawab Nadiem.
Mendengar jawaban Nadiem, Shafruhan masih kurang puas. Ia memberikan persyaratan lain untuk Nadiem sebagai bos dari Go-Jek.
"Tapi, ojek sepeda motor harus ditinggalin," kata Shafruhan yang langsung disambut tawa orang seisi ruangan.
Pada akhir acara, Nadiem pun berkomentar soal ide dari Shafruhan. Ia pun akan berpikir untuk mengembangkan aplikasi yang berguna bagi angkutan umum di Ibu Kota.
"Kenapa harus ojek doang yang punya aplikasi. Tadi saya melihat ada aplikasi bajaj, itu hebat sekali. Siapa tahu ke depannya ada aplikasi kopaja, aplikasi angkot, dan lain-lain. Sebenarnya itu harapan dan visi Go-Jek ke depan," kata Nadiem.
Pria lulusan Harvard University ini melanjutkan, Go-Jek bertujuan untuk membuat suatu sistem transportasi pintar (smart transportation system), yang kelak akan menyambungkan antar-angkutan umum.
"Supaya Anda tidak melanggar hukum, jadi banyak operator taksi, termasuk bajaj itu bisa Anda ajak kerja sama. Bajaj di Jakarta itu 17.000, ada operator taksi hampir 10.000 lebih, tidak punya finansial untuk membuat aplikasi. Kenapa enggak Anda buat?" kata Shafruhan dalam diskusi soal ojek berbasis aplikasi di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/9/2015).
Nadiem pun langsung tegas menjawab sambil menyunggingkan senyum. "Siap, Pak," jawab Nadiem.
Mendengar jawaban Nadiem, Shafruhan masih kurang puas. Ia memberikan persyaratan lain untuk Nadiem sebagai bos dari Go-Jek.
"Tapi, ojek sepeda motor harus ditinggalin," kata Shafruhan yang langsung disambut tawa orang seisi ruangan.
Pada akhir acara, Nadiem pun berkomentar soal ide dari Shafruhan. Ia pun akan berpikir untuk mengembangkan aplikasi yang berguna bagi angkutan umum di Ibu Kota.
"Kenapa harus ojek doang yang punya aplikasi. Tadi saya melihat ada aplikasi bajaj, itu hebat sekali. Siapa tahu ke depannya ada aplikasi kopaja, aplikasi angkot, dan lain-lain. Sebenarnya itu harapan dan visi Go-Jek ke depan," kata Nadiem.
Pria lulusan Harvard University ini melanjutkan, Go-Jek bertujuan untuk membuat suatu sistem transportasi pintar (smart transportation system), yang kelak akan menyambungkan antar-angkutan umum.
Penulis | : Kahfi Dirga Cahya |
Editor | : Ana Shofiana Syatiri |