Yang Dialami Setan Jika Ada Majlis Dzikir



setan
Sebaik-baik perkumpulan adalah pertemuan yang di dalamnya dibacakan, dan dikaji firman-firman Allah Ta’ala, saling mengingatkan dalam kebaikan, kesabaran, dan kasih sayang. Di sana, ukhuwah terasa manis dan menyenangkan. Semua yang hadir saling merindu dan mencintai karena Allah Ta’ala, menghajatkan perbaikan diri, dan berpisah pun karena-Nya.
Itulah majlis-majlis yang diberkahi. Di dalamnya, malaikat datang dan menaungi. Makhluk-makhluk Allah Ta’ala yang terbuat dari cahaya itu, tidak hanya menaungi. Mereka juga mendoakan seraya menyebut semua nama yang hadir, satu-persatu, dengan nama terbaik mereka, di hadapan majlis langit yang lebih mulia.
Ketika kaum Muslimin saling berkumpul di majlis dzikir atau majlis ilmu lainnya, tutur Abu ‘Abdurrahman al-Habli, “Setan dan para prajuritnya keluar dari pintu masjid seraya bertanya satu dengan lainnya, ‘Lihatlah! Apakah mereka telah bubar?’
Ketika yang ditanya menjawab, “Belum”, setan pun memukuli dadanya.
Lalu, ditanyakan kepadanya, “Mengapa Anda memukul dada?”
“Aku khawatir,” jawab setan yang memukul dada itu, “jika rahmat turun kepada mereka, dan mereka tak akan diazab lagi setelah itu.”
Hal ini senada dengan salah satu riwayat Nabi, bahwa jika suatu kaum berkumpul untuk membaca, menghafal, dan menadabburi Kitab Allah Ta’ala, maka malaikat akan menurunkan rahmat, melingkupi mereka dengan ketenangan.
Selain itu, perkumpulan dalam majlis ilmu tidak bisa dibubarkan oleh setan. Sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud, “Suatu kaum berkumpul untuk melakukan dzikrullah. Lalu, setan datang untuk membubarkan mereka. Tetapi, mereka tidak akan bisa membubarkannya.”
Tak lama kemudian, setan mendatangi perkumpulan lain yang membincang perkara dunia. Setan pun berupaya mencerai-beraikan mereka. Hingga, “Mereka berhasil dicerai-beraikan hingga saling bunuh. Padahal, sebenarnya, setan tidak menginginkan mereka.”
“Lalu,” lanjut Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “orang-orang yang sedang melakukan dzikrullah tadi berdiri untuk memisahkan mereka sehingga mereka bubar dari perkumpulan (dunia) mereka.”
Maknanya, jamaah dzikir adalah sosok pemersatu, pecinta kebaikan, senantiasa melakukan perbaikan kebaikan, dan menjadi pemersatu, di mana pun mereka berada. Mereka bukanlah tukang rusuh, tukang ribut, apalagi teroris. [Pirman/Kisahikmah]