Selasa, 25 Agustus 2015
Negara-negara Asia harus sungguh menyadari bahwa perkembangan ekonomi sudah "lampu kuning". Cegah jangan sampai "merah". *SBY*
Aksi nasional, termasuk solusi dan kebijakan harus efektif. Perlu pula "regional policy coordination". Gunakan kerangka ASEAN dan ASEAN + . *SBY*
Petik pelajaran krisis Asia 98 dan krisis ekonomi global 2008. Ingat selalu ada "contagion effect" dan faktor eksternal dan internal. *SBY*
Bukan hanya "emerging economies" yang pertumbuhannya melambat, tapi juga negara-negara Asia. Tiongkok pun (terbesar di Asia) kena. *SBY*
Kejatuhan nilai tukar, saham gabungan dan harga minyak melebihi kewajaran. Makro dan mikro ekonomi, sektor keuangan dan riil telah terpukul. *SBY*
Ekonomi Asia sedang susah, cegah isu lain yang serius. Saya berharap siaga perang dan ketegangan antara Korut dan Korsel segera berakhir. *SBY*
Saya amati, untuk Indonesia, masyarakat mulai terdampak. Cegah jangan sampai makin cemas, kehilangan "trust" dan hidupnya makin susah. *SBY*
Menurut saya, manajemen krisis harus diberlakukan. Jangan "underestimate" dan jangan terlambat. Apalagi pasar dan pelaku ekonomi mulai cemas. *SBY*
Saya masih percaya pemerintah bisa atasi gejolak ekonomi saat ini. Maaf, sebaiknya lebih fokus dan serius, serta cegah hal-hal yang tak perlu. *SBY*
Di jajaran kabinet dan pemerintah tidak sedikit yang memahami ekonomi dan bisa ikut atasi gejolak saat ini. Perlu tim kerja yang solid dan efektif. *SBY*
Indonesia memang sering alami gejolak. Dalam krisis 98 ekonomi kita jatuh, tetapi dalam krisis gobal 2008 kita selamat. Ambil pengalamannya. *SBY*
Tahun 2008-2009 dulu kita bisa minimalkan dampak krisis global, karena pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha, BUMN, ekonom dan pimpinan media bersatu. *SBY*
Saat ini, yang diperlukan adalah kepemimpinan dengan direktif yang jelas; solusi, kebijakan dan tindakan yang cepat dan tepat; serta dukungan semua pihak. *SBY*
----
Diambil dari akun Twitter @SBYudhoyono, Senin, 24 Agustus 2015.