Kamis, 13 Agustus 2015
 |
| Jokowi dan Puan Maharani. ©2014 merdeka.com/muhammad luthfi rahman |
Reshuffle telah dilakukan Presiden Jokowi, cuma ada sekelumit tanya yang masih mengganjal, mengapa Rachmat Gobel dan bukan Puan Maharani?
Apakah hanya karena persoalan daging, yang sudah diketahui sebuah masalah kompleks melibatkan berbagai instansi termasuk Bulog dan Kementerian Pertanian; Mendag Rachmat Gobel diberhentikan dari posisinya?
Ingat Rachmat Gobel, kita harus ingat hasil kerjanya yaitu Permendag No. 6/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. Peraturan ini mulai diterapkan pada tanggal 16 April 2015 lalu.
Dan itu sebuah keputusan berani, maka ketika posisi Rachmat Gobel digantikan Tom Lembong, aroma akan dihapuskan Permendag tersebut atau dibuat lebih longgar, akan sangat mudah terjadi.
Sekarang coba tengok kinerja Puan Maharani di Kemenko bidang Pembangunan Manusia dan kebudayaan; apakah ada effiensiensi kinerja?
Kementerian tersebut seolah hanya untuk menampung dominasi partai di kabinet kerja Jokowi JK, diluar hal tersebut tidak ada tujuan yang berarti.
Jokowi seolah kembali menegaskan dirinya adalah seorang petugas partai, yang tunduk dan takluk atas instruksi pimpinan pusat partai yaitu Ketua Umum PDIP.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, dipertahankannya Puan dalam Kabinet Kerja salah satunya juga karena partai yang mengusungnya, yakni PDIP.
"Jokowi nggak berani mencopot Puan. Pasti dia nggak berani karena dia partai pendukung. Menteri yang punya beking parpol pasti nggak berani reshuffle," kata Fadli di gedung DPR, Jakarta, Rabu (12/8), lansir ROL.
Lalu untuk apa, Reshuffle kemarin? apakah hanya sekedar memuaskan pertanyaan selama ini, jadi atau tidak? Karena harus diakui, reshuffle yang dilakukan kemarin itu, tidak melalui proses penilaian strategis yang tepat, misalkan kinerja dan kebutuhan negeri ini. (ndi/dw)
Sumber: lingkarannews.com
Terkait: Rachmat Gobel, Menteri Pejuang Umat