Prabowo Hanya Sedang Menjalani Takdirnya


COBA ANDA RENUNGKAN dengan hati nurani:

Bayangkan seorang Perwira brilian tersingkir dari kesatuannya untuk sebab yang sampai hari ini masih menjadi kontroversi, dihujat dicaci maki disana sini, bahkan harus terpisah dari istri tercinta dan membawa label pengkhianat di punggungnya.

Bayangkan seorang Jendral cemerlang menantu dari keluarga nomor satu di negeri ini terhempas dan terhenyak tak berdaya.

Tahukah anda jendral ini diberhentikan dengan hanya menerima uang pensiun Rp 1.500.000,- sebulan saat itu.

Tetapi Sang Jendral ini tak bisa mengelak takdir, darah pejuang, kesatria dan patriot negeri begitu deras mengalir ditubuhnya yang diturunkan dari leluhurnya. 16 tahun masa yang cukup untuk jendral yang terhempas ini bangkit. Apakah anda tidak berfikir ada campur tangan Tuhan disini. Dari pribadi yang remuk redam mampu bangkit menjadi pribadi dan politikus yang kuat.

Manusia dengan kwalitas biasa mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya menikmati kesenangan hidup dan kekayaan yang diraih oleh kedua tangannya sendiri, mengobati kekecewaan hidup yang menderanya. Tapi Pemimpin ini luar biasa, untuk apa beliau berjuang mengumpulkan kekayaan, padahal toh dia tak punya keluarga, Karena dia punya cita-cita yang lebih besar, MENGABDI PADA NEGARA.

Dia pernah berkata “Siapapun anak bangsa yang punya kemampuan, wajib menawarkan diri untuk mengabdi pada negara.”

Dengan uangnya sendiri, dia besarkan Gerindra semata-mata untuk menjadikannya kendaraan menuju tampuk kekuasaan. Posisi yang akan membuatnya punya power dan kewenangan luas untuk memperbaiki negeri ini. “Kalau anda tahu persoalan negeri ini, sangat-sangat berat” ujarnya suatu ketika.

Bagi mereka yang sentimen, perjuangan Patriot ini dituding sebagai ambisi yang membabi buta. Seorang Anies Baswedan bahkan mengatakan tak akan memilih orang yang menghabiskan sekian banyak rupiah hanya untuk ambisinya menjadi presiden, tak paham profesor ini agaknya.

Ketika mandat rakyat itu belum diterimanya... dia tetap berbuat untuk negaranya, berapa banyak anak miskin yang disantuni pendidikannya tanpa terbetik sedikitpun pada media... Tak ada prilakunya yang mencerminkan rasa dendam pada orang-orang yang menyingkirkannya... kesantunannya tetap terjaga... Hormatnya pada seniornya dan orang tua tetap terjaga...

Orang ini cuma sedang menjalani takdirnya... Lahir dari keturunan terhormat... menjadi warga kelas satu... kemudian terhempas dan terpuruk... Kemudian bangkit berjuang merebut mandat rakyat... Bekerja memperbaiki negeri... dan ‘pergi’ meninggalkan nama yang harum...

Semoga selalu sehat, JENDRAL...

*by Zulfan Zarkasyi