Rabu, 12 Agustus 2015
Oleh Canny Watae
Ini hanya untuk antisipasi aja, khususnya mencegah salah klaim dari siapa pun yang secara buta dan belum sadar sadar masih menyanjung presiden Joko Widodo.
Sekaitan dengan penurunan nilai tukar mata uang Tiongkok, Renminbi Yuan.
Jangan sampai ada yang kepalang bilang: tuh, Tiongkok aja turun mata uangnya, wajar dong kalo Rupiah juga turun.
Eitss... tunggu dulu.
Penurunan nilai Yuan terhadap Dollar Amerika itu "atas kehendak sendiri", bukan "atas kehendak pasar".
Tiongkok bisa (baca: Mampu) menurunkan nilai Yuan, dengan harapan tindakan itu akan membuat harga produk-produk ekspor Tiongkok menjadi lebih kompetitif lagi di pasar dunia, ke sananya akan berkontribusi menahan penurunan pertumbuhan ekonomi negeri itu.
Catat ya: Mampu.
Mengapa mampu? Karena Tiongkok punya cadangan devisa dalam bentuk valuta asing Dollar Amerika dalam skala Trilyun Dollar. Tiongkok punya sekitar 3 Trilyun Dollar, cash (!).
Dengan cash segede itu, dan nilai tukar Yuan di kisaran 6 Yuan per 1 Dollar, maka duit 3 T Dollar itu bisa "menjamin" peredaran Yuan sebanyak 18 Trilyun Yuan. Dalam Rupiah, jumlahnya kira kira 40.000 Trilyun.
Mampu kah Indonesia berkungfu nilai tukar selihai Tiongkok?
Mari kita hitung. Berapa sih cadangan devisa kita saat ini? Yahh, ada di kisaran 100-an Milyar Dollar. Katakanlah 110 M Dollar. Katakanlah nilai tukar Rupiah mau diatur ke 15.000 per Dollar. Maka cadangan devisa 110 Milyar Dollar hanya sanggup mendukung peredaran Rupiah sebanyak 1.650 Trilyun. Nah, berapa Trilyun Rupiah yang beredar saat ini? Ambil patokan awal APBN 2015, yang udah "P", atau APBN-P. Itu, duit di sana yang digadang-gadang berputar pada tahun ini antara 1.800 sampai 2.000 Trilyun. Lha, itu baru APBN tok, belum kalau kita masukkan duit tunai yang saat ini sedang dipegang seluruh rakyat Indonesia, belum pula kita hitung tabungan yang ada di bank. Total jenderal jauh lebih besar dari kemampuan support 110 Milyar Dollar cadangan devisa kita.
Sekali lagi, ini hanya sekedar antisipasi, jangan ujug-ujug main klaim: Yuan aja turun, apalagi Rupiah.
Penurunan nilai tukar Rupiah bukan "atas kehendak sendiri". Melainkan karena pasar tidak yakin atas leadership Indonesia saat ini, dan makin diperparah dengan memguatnya Dollar, dan makin parah lagi dengan jurus kungfu Yuan hari ini.
Please, don' t say it "bukan urusan saya" :)