Harga Batu Akik Terjun Bebas, Dibeli Rp 10 Juta, Dijual Rp 200.000

Kamis, 10 September 2015 | 13:53 WIB
KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Ilustrasi batu akik jenis bacan. Berbagai jenis batu akik beragam koleksi dipamerkan dalam Festival Batu Akik Semarang, 25-1 Maret 2015.
PALEMBANG, KOMPAS.com — Pamor batu akik yang dulu melambung naik kini tak lagi seperti dulu. Bahkan, sejumlah pedagang, yang dulunya sempat meraup rezeki dalam usaha jual beli batu, kini mulai beralih ke usaha lain yang lebih menjanjikan.

Zainal, salah seorang pedagang batu akik di kawasan Cinde, Palembang, mengatakan, pamor batu akik tak lagi seksi sejak Ramadhan lalu.

"Penurunan sih sudah terlihat dari akhir Ramadhan hingga sekarang. Malah, banyak yang jual batu akik mereka daripada membeli," ungkapnya, Rabu (9/9/2015).

Zainal mengatakan, hal tersebut mungkin terjadi karena sudah banyak orang yang memilikinya.

Selain itu, batu akik menjadi turun pamor karena adanya perbedaan harga yang sangat jauh antara batu yang tergolong batu mulia dan batu-batu yang tergolong batu biasa.

"Contohnya jenis batu bacan dan pancawarna yang harganya ratusan kali lipat dari batu lainnya."

"Faktor lain adalah nilai jual yang bisa turun hingga 50 persen, bahkan lebih dari harga belinya," ujarnya.

Amin, misalnya, ditemui saat tengah menjual batu akik jenis bacan miliknya di Toko Melati milik Ifan di kawasan Pasar Cinde.

"Harga jualnya sangat jauh merosot. Saya belinya hampir Rp 10 juta, eh pas dijual, dibeli pedagang Rp 200.000 doang," ungkapnya.

Amin menambahkan, harga batu akik yang mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah itu kini sudah tidak begitu berarti.

"Karakter masyararakat kita ini sepertinya musiman, termasuk saya, dulu kepincut beli bacan karena ikut-ikutan fenomena batu akik."

"Namun, saat sudah mulai redup, yah saya mulai jual lagi," ujar Amin yang bekerja di salah satu instansi di Kota Palembang.

Menurunnya pamor batu akik tersebut juga dibenarkan Ifan, pemilik toko perhiasan Melati.

"Sudah dua bulan ini, banyak yang jual. Kalau yang cari, hanya segelintir orang. Rata-rata mereka banyak bilang percuma beli batu akik."

"Harga belinya mahal, tetapi saat dijual merosot sekali. Masih mending beli emas saja," ujarnya.

Ifan mengatakan, kebanyakan yang masih mencari batu akik hanyalah kolektor. Mereka adalah orang-orang yang memang suka batu akik, bukan karena alasan ikut-ikutan fenomena batu akik.

"Walau sepi yang beli, masih ada yang tetap setia dengan batu akik. Ada juga yang ganti model gagang cincinnya saja," ujarnya.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Editor : Caroline Damanik
Sumber: Sriwijaya Post