Kamis, 27 Agustus 2015
Indonesia di era pemerintahan Presiden Jokowi saat ini mengalami krisis ekonomi? Banyak pro kontra terkait itu. Ada yang bilang sudah, diambang, belum. Ada yang bilang ekonomi sudah lampu kuning sebentar lagi merah.
Tapi yang sudah jelas dan nyata adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot (Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2015 hanya 4,67% terendah sejak 2010) tak sesuai harapan pemerintah. Juga terpuruknya rupiah ke level Rp 14.000/dolar (terendah sejak 1998) yang membuat dunia usaha loyo, PHK tak terelakkan.
(Baca: Dampak BURUK Terpuruknya RUPIAH)
Atas kondisi gonjang ganjing ekonomi saat ini, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat harus faham bahwa jajaran pemerintah sudah melakukan upaya-upaya perbaikan. Presiden Jokowi juga meminta media massa agar menampilkan pemberitaan-pemberitaan yang memberikan optimisme, jangan memberitakan hal-hal yang negatif.
“Dalam negeri, yang paling penting terutama berita-berita ini memberikan optimisme, jangan memberitakan hal-hal yang negatif, yang justru akan membuat psikologi bergerak ke arah negatif,” tutur Presiden Jokowi, seperti dilansir situs setkab.go.id.
Berikut berita lengkapnya:
Soal Pelemahan Rupiah, Presiden Jokowi: Masyarakat harus Paham, Kondisi Eksternalnya Berbeda
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, seluruh jajaran pemerintah sudah melakukan upaya untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah, yang kini sudah menembus angka di atas Rp 14.000 per dollar AS. Namun demikian, Presiden meminta masyarakat memahami bahwa memang kondisi eksternalnya saat ini berbeda.
“Saya kira Bank Indonesia dengan seluruh instrumennya sudah bergerak juga, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan seluruh instrumennya, regulasinya juga, Menko, Menteri semuanya, ada regulasi semuanya terus dikeluarkan,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan usai bertemu dengan masyarakat korban lumpur Lapindo, di Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jatim, Selasa (25/8) siang.
Presiden Jokowi juga meminta media massa agar menampilkan pemberitaan-pemberitaan yang memberikan optimisme, jangan memberitakan hal-hal yang negatif.
“Dalam negeri, yang paling penting terutama berita-berita ini memberikan optimisme, jangan memberitakan hal-hal yang negatif, yang justru akan membuat psikologi bergerak ke arah negatif,” tutur Presiden Jokowi.
Sebelumnya melalui akun twitternya @jokowi, Presiden Jokowi mengatakan, bahwa pelemahan nilai tukar rupiah sudah diluar kebiasaan. Untuk itulah, Presiden Jokowi mengundang sejumlah pengusaha ke Istana Kepresidenan, di Bogor, Jabar, Senin (24/8), untuk melakukan terobosan.
“Pelemahan Rupiah sudah diluar kebiasaan. Kemarin saya ajak dunia usaha bersama pemerintah lakukan terobosan,” kata Presiden Jokowi melalui akun twitternya @Jokowi yang diunggahnya Selasa (25/8) beberapa saat lalu.
Terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah itu, Presiden Joko Widodo mengajak semua lapisan masyarakat untuk bahu membahasi mengatasinya.
“Ayo bahu membahu atasi pelemahan rupiah dengan cara beli produk lokal,” tulis Jokowi dalam akun twitternya. (UN/SLN/ES)
Sumber: http://setkab.go.id/soal-pelemahan-rupiah-presiden-jokowi-masyarakat-harus-paham-kondisi-eksternalnya-berbeda/
***
Jadi, jangan memberitakan hal-hal negatif walau itu adalah FAKTA dan REALITA seperti itu?
Jadi, berita yang perlu dibombastiskan adalah berita masuk got, bagi-bagi kartu? EKONOMI MEROKET? Dan lupakan kesulitan ekonomi rakyat. Gitu ya?