Sebanyak 11 persen masyarakat pada Pilpres 2014 lalu memilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden mengaku menyesal. Rata-rata semuanya merasa kinerja Kabinet Kerja yang dipimpin Jokowi tidak berjalan memuaskan.
Demikian terungkap dalam hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertema ‘Kinerja Presiden Jokowi: Evaluasi Publik Nasional Setahun Terpilih Menjadi Presiden’ yang dipaparkan di kantornya, Jalan Cisadane, Jakarta, Kamis (9/7).
Angka itu merupakan bagian dari seluruh publik yang menggunakan hak pilih pada Pilpres 2014 atau sebesar 5,8 persen.
Sementara, terdapat 87,9 persen dari seluruh pemilih yakni 46,8 persen yang mengaku tidak menyesal telah memilih Jokowi. Sedangkan 46,7 persen mengaku tidak memilih Jokowi dan 0,6 hingga 1,1 menyatakan tidak tahu.
Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan menjelaskan, bila jumlah itu digabung dengan yang tidak memilih Jokowi pada Pilpres 2014 maka yang tidak menyesal memilih Jokowi di bawah ambang psikologis 50 persen atau hanya 46,8 persen. Ini tidak jauh berbeda dari tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi sebagai Presiden yakni 40,7 persen.
“Artinya, Presiden Jokowi sedang berada dalam defisit legitimasi dari rakyat,” bebernya.
Namun demikian, sebagian besar masyarakat tetap memercayai Jokowi untuk memimpin. Hanya sekitar 13,2 persen publik yang mendesak Jokowi harus diturunkan dari tampuk kekuasaannya hari ini. Sementara 67,9 persen menyatakan tidak boleh diturunkan, dan 18,9 persen mengaku tidak mau tahu.
“Jokowi masih memiliki dukungan cukup kuat walau melemah,” kata Djayadi.
Menurutnya, hasil penelitian itu menunjukkan rakyat mendesak agar kinerja pemerintah diperbaiki dengan tetap menjaga proses politik secara konstitusional.
“Secara konstitusional, Presiden tidak boleh diberhentikan di luar pemilu hanya karena kinerjanya tidak memuaskan,” tegas Djayadi. [sam/rmol
Source: http://fajar.co.id/headline/2015/07/09/hasil-survei-rakyat-yang-pilih-jokowi-mengaku-menyesal.html#sthash.sgOuXpcv.dpuf
*NB:
Dulu ketika melakukan survey elektabilitas Capres, SMRC menonjolkan pertanyaan-pertanyaan yang secara eksplisit maupun implisit menguntungkan Joko Widodo. Hasilnya: elektabilitas Joko bertengger tinggi.
Jelang hari H Pilpres, setelah melihat kampanye dan Debat, elektabilitas itu mulai merosot. Karena, para pemegang Hak Suara yang rasional tahu hal yang sebenarnya.
Dan, mereka-mereka yang tersisa hingga hari H pencobolasan, akhirnya sekarang banyak yang menyesal atas pilihannya. SMRC pun tak bisa lagi memungkiri hal ini dan memaparkan dalam temuan survey mereka.
Hanya dalam waktu 9 bulan, pencitraan yang dibangun selama 3 tahun dan disokong media-media besar, akhirnya ambrol. Lebih dari 50% rakyat saat ini tidak puas dengan performa Joko Widodo.
#ketika citra ternyata beda dengan kenyataan#
(Canny Watae)