Problem Pernikahan Aktivis Dakwah


Oleh Iva Wulandari

Problem yang sering saya temui di ruang diskusi pranikah, adalah bahwa seringkali seseorang, entah ikhwan atau akhwat, begitu "pusing" membuat check list kriteria yang akan ditulisnya di proposal. Sebisa mungkin seluruh detail pasangan impian harus dituliskan dan tak boleh ada yang terlewatkan. Soal standard keilmuan, soal kemampuan bahasa arab, dan yang paling difavoriti adalah soal hafalan Qur'an.

Banyak yang saya tanya ketika saya tanya balik tentang kemampuan tsaqofah, bahasa arab ataupun hafalan, ternyata tidak sepadan dengan pasangan yg ingin didapatkan.

'Bukankah setiap orang ingin mendapatkan pasangan yg jauh lebih baik?' Ya. Tentu saja. Tapi, sebenarnya orang yang "kurang" saja lah yang selalu menginginkan mendapat ia yang "lebih".

Padahal, alfamen dan alfawomen (laki-laki atau wanita yang berkualitas dalam berbagai segi) tidak menyibukkan diri pada area "daftar kriteria". Yang mereka kedepankan ialah kesamaan visi dan misi pernikahan apakah sejalan dengan calon pasangan. Sebab, mereka tahu benar, janji Allah itu selalu tepat. Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, pun sebaliknya.

Sayangnya, masih banyak juga orang yang menilai dirinya LEBIH dari apa yang sebenarnya ada pada dirinya. Hingga banyak yang ketika membahas tentang proposal nikah, perhatiannya soal kriteria saja. Ketika ditanya "Sudah siap visi misi pernikahan ke depan, belum?" Jawabnya "belum".

Pun bagi aktivis dakwah. Banyak yang masih begini. Ketika ditanya "Udah punya proyeksi dakwah paska nikah nanti belum?" jawabnya "belum" atau "bingung". Padahal, ini adalah pembeda antara proses nikah orang biasa dan aktivis dakwah.

Orang biasa dan aktivis dakwah boleh saja menempuh jalan yang sama-sama syar'i menuju pernikahan: ta'aruf. Tapi, visi-misi dan proyeksi dakwah-lah yang membedakan. Dimana sejatinya, inilah yang lebih utama untuk DITEMUKAN antara kita dengan calon pasangan. Apakah proyeksi dakwah ke depan sejalan atau bisa disinergikan. Tapi, sayang.. masih banyak aktivis dakwah kita yang begitu bicara proses menuju pernikahan atau proposal nikah, perhatiannya hanya pada satu perkara itu:daftar kriteria.

Semoga pernikahan kita yang sudah diiktiarkan dengan proses syar'i kemudian akan menjadi rumah tangga yang panjang nafas dakwahnya. Hingga dari pernikahan ini akan lahir tunas-tunas dakwah. Aamiin..