Rabu, 13 Januari 2016
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Dalam Rakornas yang merupakan kewajiban konstitusional dalam jamaah kita yang alhamdulillah dalam mata rantai sebelumnya telah kita laksanakan bersama dengan suatu langkah-langkah yang patut diteladani oleh partai-partai lain, oleh jamaah-jamaah lain, dari mulai menyelenggarakan Majelis Syuro kemudian Munas, Mukernas, dan sekarang Rapat Koordinasi Nasional. Seluruhnya, alhamdulillah, digambarkan betapa kesatuan langkah-langkah kita menyatu. Allahu ghoyyatuna.
Sesuai namanya Rakornas, koordinasi artinya kita bisa meluruskan koordinasi sekarang, baik dari koordinasi secara lima tahunan, juga akan menentukan koordinasi nasional untuk tahunan. Insya Alloh, dengan latar belakang kemenangan-kemenangan di tahun 2015, yaitu pencapaian pilkada, dengan pertolongan dan karunia Alloh, kita mencapai keberhasilan yang bahkan tidak diduga-duga.
Awal kita mulai Pilkada terdengar selentingan atau wacana disana-sini bahwa kita mendapatkan nomor 4, tapi setelah perhitungan kita mencapai puncak. Dan itu tidak lain atas karunia Alloh swt, yang kedua atas kerja keras antum sekalian yang mengorbankan atas segala potensi yang dimiliki untuk kejayaan Islam.
Rapat Koordinasi yang kita selenggarakan ini bagaimana kita mensinergikan seluruh langkah-langkah tujuan kita, baik itu lima tahun atau tahunan, menyatukan seluruh koordinasi dari seluruh program pusat dengan wilayah dan daerah tidak akan mungkin tanpa bersatunya hati dan akal kita serta motivasi kita, yaitu untuk mencapai ridho Alloh dan menegakkan kalimat Alloh. Tanpa itu semua, sangat sulit.
Tanpa motivasi dan tujuan untuk menegakkan kalimat Alloh, sangat sulit mempersatukan aneka ragam SDM, pendidikan, bahkan faktor budayanya, bahkan aneka ragam wilayahnya, yang tersebar di 700 pulau-pulau di Indonesia. Tapi, alhamdulillah, dengan kesatuan tekad kita bisa menyatukannya.
Dan terbukti, dalam pelaksanaan momentum pilkada 2015 menggambarkan keberhasilan. Dengan catatan itu, insya Alloh, tahun 2016 ini akan diisi dengan keberhasilan-keberhasilan selanjutnya baik raihan dalam pilkada untuk menyongsong kemenangan paling tidak sampai 2019.
Ikhwatifillah,
Koordinasi pencapaian itu tidak mungkin tercapai kalau sebelumnya tidak ada konsolidasi potensi yang kita miliki. Dan konsolidasi di ranah dakwah selalu dimulai dari konsolidasi hati kita, wihdatul quluub, konsolidasi akal kita, wihdatul uquul, dengan dua hal itu Insya Alloh SDM kita akan terkonsolidasi dengan baik.
Untuk mencapai wihdatul quluub dan wihdatul uquul tersebut dimulai dari (1) konsolidasi motivasinya dulu. Nawaitu-nya terkonsolidasi.
Pada waktu lalu, saya telah mengingatkan bahwa konsolidasi terbaik jika kader-kader kita mempunyai kesadaran tinggi bahwa jalan perjuangan ini merupakan pilihan kita. Kita memilihnya dengan penuh kesadaran sebagaimana Alloh swt menunjuk kita bahwa jalan perjuangan ini adalah sebagai pilihan dengan firman-firmanNya, yaitu:
Quul haadzihii sabili.. katakanlah bahwa ini adalah jalan pilihanku.. ad’uu illallah.. pilihan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah.. 'Alaa bashirotin.. dengan penuh kesadaran.. ana wamanittaba’ani wa subhanallohi wa maa anaa minal musyrikiin.. Mahasuci Alloh dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.
Kesadaran bahwa ini pilihan untuk memantapkan walaupun memang ada proses pembentukan, setiap individu bebas atau independen untuk menentukan jalannya. Dan manusia yang berani memilih perjalanan perjuangan dakwah pilihannya, itu berarti orang yang punya syakhsiyah tinggi. Sebab orang yang tidak berani dalam mengambil jalan pilihannya, berarti masih dalam kondisi split personality. Sehingga, pilihan-pilihan tersebut harus tetap ditebus dengan pengorbanan besar, pengorbanan waktu, harta, tenaga, bahkan jiwa. Semoga pengorbanan itu adalah pengorbanan karena Alloh.
Ikhwatifillah,
Motivasi semakin meningkat, semakin menguat, semakin mendorong jika ada kesadaran lain, yaitu kesadaran tertinggi bahwa kita ada di dunia ini dibimbing Alloh untuk memilih jalan dakwah ini. Inilah namanya kesesuaian antara pilihan makhluk dan juga pilihan yang dipilih manusia. Dan Alloh pun juga mendorong untuk menumbuhkan kesadaran ini:
“Katakanlah Alloh swt telah membimbingku, memberi petujuk kepadaku, untuk memilih jalan yang lurus ini, jalan perjuangan ini. Sebagai pedoman hidup yang kokoh, yaitu jalan yang ditempuh oleh Ibrahim dan para ahlul anbiya” (Qs Al-An’am:161)
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan hidupku, dan matiku hanya semata-mata untuk Robbil ‘Alamin. Dan karena itulah aku diperingati oleh Alloh swt. Dan aku adalah orang-orang yang pertama menyerahkan diri kepada Alloh." ((Al An’am: 162)
Setelah pengakuan akan pilihannya yang sesuai dengan pilihan Alloh, lalu munculah tekad kuat, kita dibimbing Allah untuk berserah diri kepada-Nya. Berarti Alloh memotivasi kita untuk menjadi terdepan dalam memenangkan dakwah yang harus berada di barisan paling depan. Itulah makna wa anaa awwalul muslimin.
Motivasi seperti ini harus kita dorong dari waktu ke waktu. Sehingga motivasi itu adalah refleksi dari kekuatan iman kita. Kalau kita selalu terus mendorong, kemungkinan efeknya akan terus terjadi. Al-imaanu yaziidu wa yankus. Itu terkait juga dalam implementasi niat untuk berjuang di jalan Alloh.
(2) Yang kedua, setelah konsolidasi motivasi, adalah konsolidasi orientasi. Umat Islam Indonesia termasuk umat yang rajin beramal Islam dalam segala sektor. Bahkan secara independen, mereka mendirikan pesantren, ma’had-ma’had, tanpa subsidi dari pemerintah. Dari kerjasama mereka sendiri hingga saat ini. Dari mereka mulai mendirikan masjidnya, sampai menjadi imam masjidnya.
Namun sayangnya, hal itu minus orientasi. Akhirnya, roh-roh pendirian Islam di beragam bidang seringkali hanya tercecer dan malah menghambat perjuangan Islam dan tidak jelas akan orientasinya. Kejelasan orientasi Alloh SWT seperti digambarkan pada ayat “walikulli wijhatun huwa muwalliiha,”. Setiap orang harus punya orientasi (wijhah) dalam mencapai sesuatu. Setelah jelas orientasi, barulah fastabiqul khoirot.
Kita bahkan diingatkan oleh ayat Alloh, orientasi harus yang objektif. Karena sesuai fitrah Alloh yang dikatakan “manusia diciptakan sesuai dengan fitrahnya.” Dorongan-dorongan untuk kejelasan orientasi bahkan orientasi akan menjadi daya saing dalam melaksanakan perintah fastabiqul khoirot. Dalam melaksanakan tugas-tugas yang mendapat petunjuk dari Alloh SWT
(3) Yang ketiga, adalah integrasi. Islam adalah agama yang syammil mutakammil. Konsepsinya adalah menuntun dan mengikuti seluruh aspek dalam hidup kita secara menyeluruh. Dan kita tidak mungkin memperjuangkan tegaknya Islam tanpa mampu mengintegrasikan seluruh potensi SDM kita. Apakah itu, generasi tua, apakah itu generasi muda, apakah itu ikhwan, apakah itu akhwat, harus terintegrasi dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Sehingga, arah perjuangan kita lebih tegas dan jelas.
Integrasi ini masalah penting. Tanpa integrasi kemungkinan akan berjalan sendiri-sendiri. Karena yang satu tidak merasa ada hubungan dengan yang lain. Tapi, jika kita berhasil mengintegrasikan seluruh potensi, insya Alloh, kita akan mencapai target-target pencapaian bahkan yang mungkin tidak kita perkirakan sebelumnya. Dan ini sering terjadi dalam sejarah perjuangan kita.
Hasil-hasil di Pilkada, lebih dari apa yang kita perkirakan. Itu lah jika kekuatan kita terintegrasikan dengan baik. Fabimaa rohmatallohi linta lahum. Dengan rahmat Alloh, kamu berlaku lemah lembut. Kalau kalian bersikap keras, maka mereka akan bertebaran. Tidak terintegrasi. Dan hatinya sangat sensitif, kalau ada yang tersekat di antara mereka. Makanya, dalam pergaulan kita berjamaah yang setiap kita pasti punya kelemahan, tapi kelemahan adalah sebuah keniscayaan. Dan kepemimpinan kita salah pun juga keniscayaan. Maka, fa’fu anhum. Berilah maaf kepada mereka. Dan ketika kita memaafkan lain dengan penuh kesadaran, bisa jadi kita selama ini kita bisa tetap berjamaah karena sering memaafkan.
Sehingga, insya Alloh, jika hambatan-hambatan itu tidak ada, komunikasi pun menjadi lancar. Baik musyawarah di tingkat DPP, tingkat wilayah, akan menghasilkan tekad bersama.
Dengan konsolidasi itulah, komunikasi itu bisa dilakukan. Dan kelanjutannya, kalau komunikasi itu bisa dilakukan dengan baik, selesailah. Jika kamu selesai satu urusan, maka segera lah selesaikan urusan lain.
Kita berjamaah karena Alloh untuk Alloh, bahkan bisa melebihi apa yang diperkirakan.
Faidzaa faroghta fanshob wa ilaa robbika farghob.
___
*Sumber: pks.id
Taujih Ustadz Hilmi Aminuddin di Rakornas PKS 2016
(Depok, 12 Januari 2016)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Dalam Rakornas yang merupakan kewajiban konstitusional dalam jamaah kita yang alhamdulillah dalam mata rantai sebelumnya telah kita laksanakan bersama dengan suatu langkah-langkah yang patut diteladani oleh partai-partai lain, oleh jamaah-jamaah lain, dari mulai menyelenggarakan Majelis Syuro kemudian Munas, Mukernas, dan sekarang Rapat Koordinasi Nasional. Seluruhnya, alhamdulillah, digambarkan betapa kesatuan langkah-langkah kita menyatu. Allahu ghoyyatuna.
Sesuai namanya Rakornas, koordinasi artinya kita bisa meluruskan koordinasi sekarang, baik dari koordinasi secara lima tahunan, juga akan menentukan koordinasi nasional untuk tahunan. Insya Alloh, dengan latar belakang kemenangan-kemenangan di tahun 2015, yaitu pencapaian pilkada, dengan pertolongan dan karunia Alloh, kita mencapai keberhasilan yang bahkan tidak diduga-duga.
Awal kita mulai Pilkada terdengar selentingan atau wacana disana-sini bahwa kita mendapatkan nomor 4, tapi setelah perhitungan kita mencapai puncak. Dan itu tidak lain atas karunia Alloh swt, yang kedua atas kerja keras antum sekalian yang mengorbankan atas segala potensi yang dimiliki untuk kejayaan Islam.
Rapat Koordinasi yang kita selenggarakan ini bagaimana kita mensinergikan seluruh langkah-langkah tujuan kita, baik itu lima tahun atau tahunan, menyatukan seluruh koordinasi dari seluruh program pusat dengan wilayah dan daerah tidak akan mungkin tanpa bersatunya hati dan akal kita serta motivasi kita, yaitu untuk mencapai ridho Alloh dan menegakkan kalimat Alloh. Tanpa itu semua, sangat sulit.
Tanpa motivasi dan tujuan untuk menegakkan kalimat Alloh, sangat sulit mempersatukan aneka ragam SDM, pendidikan, bahkan faktor budayanya, bahkan aneka ragam wilayahnya, yang tersebar di 700 pulau-pulau di Indonesia. Tapi, alhamdulillah, dengan kesatuan tekad kita bisa menyatukannya.
Dan terbukti, dalam pelaksanaan momentum pilkada 2015 menggambarkan keberhasilan. Dengan catatan itu, insya Alloh, tahun 2016 ini akan diisi dengan keberhasilan-keberhasilan selanjutnya baik raihan dalam pilkada untuk menyongsong kemenangan paling tidak sampai 2019.
Ikhwatifillah,
Koordinasi pencapaian itu tidak mungkin tercapai kalau sebelumnya tidak ada konsolidasi potensi yang kita miliki. Dan konsolidasi di ranah dakwah selalu dimulai dari konsolidasi hati kita, wihdatul quluub, konsolidasi akal kita, wihdatul uquul, dengan dua hal itu Insya Alloh SDM kita akan terkonsolidasi dengan baik.
Untuk mencapai wihdatul quluub dan wihdatul uquul tersebut dimulai dari (1) konsolidasi motivasinya dulu. Nawaitu-nya terkonsolidasi.
Pada waktu lalu, saya telah mengingatkan bahwa konsolidasi terbaik jika kader-kader kita mempunyai kesadaran tinggi bahwa jalan perjuangan ini merupakan pilihan kita. Kita memilihnya dengan penuh kesadaran sebagaimana Alloh swt menunjuk kita bahwa jalan perjuangan ini adalah sebagai pilihan dengan firman-firmanNya, yaitu:
Quul haadzihii sabili.. katakanlah bahwa ini adalah jalan pilihanku.. ad’uu illallah.. pilihan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah.. 'Alaa bashirotin.. dengan penuh kesadaran.. ana wamanittaba’ani wa subhanallohi wa maa anaa minal musyrikiin.. Mahasuci Alloh dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.
Kesadaran bahwa ini pilihan untuk memantapkan walaupun memang ada proses pembentukan, setiap individu bebas atau independen untuk menentukan jalannya. Dan manusia yang berani memilih perjalanan perjuangan dakwah pilihannya, itu berarti orang yang punya syakhsiyah tinggi. Sebab orang yang tidak berani dalam mengambil jalan pilihannya, berarti masih dalam kondisi split personality. Sehingga, pilihan-pilihan tersebut harus tetap ditebus dengan pengorbanan besar, pengorbanan waktu, harta, tenaga, bahkan jiwa. Semoga pengorbanan itu adalah pengorbanan karena Alloh.
Ikhwatifillah,
Motivasi semakin meningkat, semakin menguat, semakin mendorong jika ada kesadaran lain, yaitu kesadaran tertinggi bahwa kita ada di dunia ini dibimbing Alloh untuk memilih jalan dakwah ini. Inilah namanya kesesuaian antara pilihan makhluk dan juga pilihan yang dipilih manusia. Dan Alloh pun juga mendorong untuk menumbuhkan kesadaran ini:
“Katakanlah Alloh swt telah membimbingku, memberi petujuk kepadaku, untuk memilih jalan yang lurus ini, jalan perjuangan ini. Sebagai pedoman hidup yang kokoh, yaitu jalan yang ditempuh oleh Ibrahim dan para ahlul anbiya” (Qs Al-An’am:161)
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan hidupku, dan matiku hanya semata-mata untuk Robbil ‘Alamin. Dan karena itulah aku diperingati oleh Alloh swt. Dan aku adalah orang-orang yang pertama menyerahkan diri kepada Alloh." ((Al An’am: 162)
Setelah pengakuan akan pilihannya yang sesuai dengan pilihan Alloh, lalu munculah tekad kuat, kita dibimbing Allah untuk berserah diri kepada-Nya. Berarti Alloh memotivasi kita untuk menjadi terdepan dalam memenangkan dakwah yang harus berada di barisan paling depan. Itulah makna wa anaa awwalul muslimin.
Motivasi seperti ini harus kita dorong dari waktu ke waktu. Sehingga motivasi itu adalah refleksi dari kekuatan iman kita. Kalau kita selalu terus mendorong, kemungkinan efeknya akan terus terjadi. Al-imaanu yaziidu wa yankus. Itu terkait juga dalam implementasi niat untuk berjuang di jalan Alloh.
(2) Yang kedua, setelah konsolidasi motivasi, adalah konsolidasi orientasi. Umat Islam Indonesia termasuk umat yang rajin beramal Islam dalam segala sektor. Bahkan secara independen, mereka mendirikan pesantren, ma’had-ma’had, tanpa subsidi dari pemerintah. Dari kerjasama mereka sendiri hingga saat ini. Dari mereka mulai mendirikan masjidnya, sampai menjadi imam masjidnya.
Namun sayangnya, hal itu minus orientasi. Akhirnya, roh-roh pendirian Islam di beragam bidang seringkali hanya tercecer dan malah menghambat perjuangan Islam dan tidak jelas akan orientasinya. Kejelasan orientasi Alloh SWT seperti digambarkan pada ayat “walikulli wijhatun huwa muwalliiha,”. Setiap orang harus punya orientasi (wijhah) dalam mencapai sesuatu. Setelah jelas orientasi, barulah fastabiqul khoirot.
Kita bahkan diingatkan oleh ayat Alloh, orientasi harus yang objektif. Karena sesuai fitrah Alloh yang dikatakan “manusia diciptakan sesuai dengan fitrahnya.” Dorongan-dorongan untuk kejelasan orientasi bahkan orientasi akan menjadi daya saing dalam melaksanakan perintah fastabiqul khoirot. Dalam melaksanakan tugas-tugas yang mendapat petunjuk dari Alloh SWT
(3) Yang ketiga, adalah integrasi. Islam adalah agama yang syammil mutakammil. Konsepsinya adalah menuntun dan mengikuti seluruh aspek dalam hidup kita secara menyeluruh. Dan kita tidak mungkin memperjuangkan tegaknya Islam tanpa mampu mengintegrasikan seluruh potensi SDM kita. Apakah itu, generasi tua, apakah itu generasi muda, apakah itu ikhwan, apakah itu akhwat, harus terintegrasi dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Sehingga, arah perjuangan kita lebih tegas dan jelas.
Integrasi ini masalah penting. Tanpa integrasi kemungkinan akan berjalan sendiri-sendiri. Karena yang satu tidak merasa ada hubungan dengan yang lain. Tapi, jika kita berhasil mengintegrasikan seluruh potensi, insya Alloh, kita akan mencapai target-target pencapaian bahkan yang mungkin tidak kita perkirakan sebelumnya. Dan ini sering terjadi dalam sejarah perjuangan kita.
Hasil-hasil di Pilkada, lebih dari apa yang kita perkirakan. Itu lah jika kekuatan kita terintegrasikan dengan baik. Fabimaa rohmatallohi linta lahum. Dengan rahmat Alloh, kamu berlaku lemah lembut. Kalau kalian bersikap keras, maka mereka akan bertebaran. Tidak terintegrasi. Dan hatinya sangat sensitif, kalau ada yang tersekat di antara mereka. Makanya, dalam pergaulan kita berjamaah yang setiap kita pasti punya kelemahan, tapi kelemahan adalah sebuah keniscayaan. Dan kepemimpinan kita salah pun juga keniscayaan. Maka, fa’fu anhum. Berilah maaf kepada mereka. Dan ketika kita memaafkan lain dengan penuh kesadaran, bisa jadi kita selama ini kita bisa tetap berjamaah karena sering memaafkan.
Sehingga, insya Alloh, jika hambatan-hambatan itu tidak ada, komunikasi pun menjadi lancar. Baik musyawarah di tingkat DPP, tingkat wilayah, akan menghasilkan tekad bersama.
Dengan konsolidasi itulah, komunikasi itu bisa dilakukan. Dan kelanjutannya, kalau komunikasi itu bisa dilakukan dengan baik, selesailah. Jika kamu selesai satu urusan, maka segera lah selesaikan urusan lain.
Kita berjamaah karena Alloh untuk Alloh, bahkan bisa melebihi apa yang diperkirakan.
Faidzaa faroghta fanshob wa ilaa robbika farghob.
___
*Sumber: pks.id