Hebat Para "Naqib" Itu


Musyafa Ahmad Rahim

Salah satu "sessi" dari "acara" Bai'ah 'Aqabah-2 adalah pertemuan khusus antara Rasulullah SAW dengan 12 naqib dari Yatsrib (kemudian menjadi: al-Madinah).

Dalam pertemuan khusus itu, Rasulullah SAW menyampaikan taujih da'awi-tarbawi-siyasi sangat pendek, namun kesan dan pengaruhnya sangat luar biasa:

أنتم كفلاء على قومكم ككفالة بني إسرائيل على قومهم

"Kalian adalah penjamin (pemimpin) atas kaum kalian, sebagaimana Bani Israil menjadi penjamin (pemimpin) atas kaum mereka."

Maka, 12 naqib itu pun lalu bekerja, bahkan berjuang dengan sungguh-sungguh, masing-masing memiliki tekad kuat untuk mensukseskan "missi"-nya di "dapil" masing-masing.

Dengan se-ijin Allah, kerja mereka menuai sukses yang sangat luar biasa, sehingga mereka dan kaum mereka mendapatkan pujian abadi sebagai berikut:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. [Surat Al-Hashr: 9]

Dalam bahasa tarbiyah, pujian Allah untuk mereka itu terkait dengan terbentuknya muwashafat yang sebagiannya adalah sebagai berikut:

1. Mereka telah menjadi orang-orang beriman.

2. Mereka mencintai orang-orang beriman yang berhijrah kepada mereka, padahal, secara politis, mereka bisa disebut sebagai "putra daerah", sedangkan muhajirin secara politis bisa diterjemahkan sebagai "pendatang".

3. Mereka tidak mempunyai rasa negatif apa pun kepada kaum muhajirin, meskipun mereka telah berkorban dengan jiwa dan harta, namun, saat ada "peluang" jabatan agama, ataupun politik, atau kalau ada "peluang" harta, "peluang-peluang" ini oleh Rasulullah SAW diberikan kepada kaum muhajirin dan bukan kepada kaum Anshar (penduduk Yatsrib). Istilahnya: سلامة الصدر

4. Bahkan, mereka, kaum Anshar itu, mengutamakan kaum muhajirin atas diri mereka terkait dengan "peluang-peluang" tersebut. Istilahnya: إيثار

5. Mereka, kaum Anshar itu, adalah orang-orang yang telah sukses untuk menempa diri mereka untuk memiliki muwashafat: يوق شح نفسه

Ya Allah jadikanlah diri saya yang lemah ini, keluarga saya, ikhwan dan akhawat saya untuk bisa meneladani mereka dalam menempa diri tuk memiliki muwashafat-muwashafat ini, amin.

اللهم آت نفوسنا تقواها، وزكها أنت خير من زكاها، أنت وليها ومولاها، آمين