Sabtu, 01 Agustus 2015
Disambutnya Recep Tayyip Erdoğan dengan gegap gempita oleh mayoritas masyarakat Indonesia memang menarik. Berbeda dengan Presiden China, Perdana Menteri Inggris dan tamu-tamu kenegaraan lainnya yang dianggap biasa.
Ada satu hal yg membuat masyarakat Indonesia begitu antusias menyambut kedatangan Presiden Turki ini, yaitu EKSPEKTASI.
Ya, masyarakat Indonesia sudah berada pada titik jenuh pada pemimpin yang menjadikan citra sebagai modal utama. Mengedepankan rekayasa tanpa kerja yang sebenarnya. Masyarakat sudah 'kebelet' memiliki pemimpin dengan kriteria sekelas Erdoğan. Dan ini adalah peluang dan indikasi yang sangat baik.
Bagi kita, masyarakat yang memilih pemimpin, jadikanlah ekspektasi kepada sosok Erdoğan menjadi standar baku kriteria pemimpin negara ke depan. Bagi para pemimpin Indonesia, jadikanlah ekspektasi masyarakat ini sebagai cermin, beginilah mestinya pemimpin.
Karena bagaimana pun, meminta Erdoğan untuk menjadi Presiden Indonesia adalahtoo good to be true. Besok lusa Erdoğan akan pulang ke negaranya. Kembali mengurusi rakyat dan negaranya. Yang kita bisa lakukan hanyalah memilih, meng-create sosok yang jauh lebih baik dari Erdoğan. Mulai dari hal yang terkecil. Mulai dari diri dan keluarga kita dan mulai saat ini juga.
Erdogan bukan pribadi yang tanpa cela. Tapi dia bukan pemimpin yang hanya berwacana, melainkan telah berkontribusi nyata bagi agama dan bangsanya.
Güle-güle Başkanı. Güle-güle Erdoğan. Allah mubarek olsun...
(Azzam Mujahid Izzulhaq)