Kamis, 27 Agustus 2015
SubhanAllah walhamdulillah setelah abah wafat, Allahu yarhamhu, kini mama yang menjadi pusat perhatian abang. Kalau mama pulang kampung ke Banjarmasin, setiap hari abang telpon, kadang lebih sekali setiap hari.
Umur mama sudah 68 tahun. Alhamdulillah mama sehat afiyat karena aktif bolak balik dapur. Masakan mama tiada tara lezatnya, karena tangan mama mengeluarkan minyak kasih sayang untuk anak anaknya. Apalagi mama selalu mendampingi anaknya saat makan. Kadang membukakan udang, mengupaskan buah, memisahkan ikan dari tulangnya.
Mama yang mengantarkan abang ta'kala masuk pesantren. MasyaAllah mama sebulan penuh belum pulang dari pesantren menjaga arifin. Mama selalu bangun sholat malam, dulu bersama almarhum abah, mulai 02 00, dilanjutkan tadabburul qur'an, dan sholat dhuha mama amalkan dari remaja.
Mama sangat belas kasih, tidak tegaan melihat orang susah, perhatian pada keluarga jauh sekalipun. Mama membuat abang semangat mencintai Allah dan RasulNya. Abang sangat menyayangi mama, abang teringat peringatan keras Rasuluullah pada anak yang tidak peduli pada orang tuanya, menyianyiakan saat hidup,
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.”
Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga” (HR. Muslim no. 2551).
Mama pelipur lara, pelepas duka, doa doa mama sangat abang incar incar, sangat bahagia kalau sudah dalam dekapan mama. Kalau pulang, maka mama dulu yang abang cari, melihat mama, hati tenang, damai. MasyaAllah ternyata abang masih kanak kanak kalau sudah dekat dg mama.
"INGAT SIAPAPUN KAMU SEKARANG, TIDAK AKAN PERNAH ADA DG IZIN ALLAH TANPA IBU YANG MENGANDUNGMU, JANGAN PERNAH MENYAKITINYA, KEKURANGAN BAHKAN KESALAHANNYA SEKALIPUN TIDAK AKAN SEBANDING DG JASANYA KEPADAMU, TUGAS HIDUPMU SETELAH IBADAH KEPADA ALLAH ADALAH MEMBAHAGIAKAN AYAH IBUMU!".
Foto saat abang seusai pulang dari safari da'wah, makasih mamaku sayang, "ulun himung banar amun pian baada parak ulun" (bahasa Banjar).
Allahumma ya Allah, ampunilah dosa dosa kami, dan dosa dosa kedua orang tua kami, sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangi kami waktu kecil...aamiin.
*dari fb K. H. Muhammad Arifin Ilham (Rabu, 26/8/2015)