Umat Dikotak-kotakkan Dengan Idiom Islam Nusantara

Islam Nusantara yang diperkenalkan Nahdlatul Ulama dan diamini Presiden Joko Widodo dinilai tidak tepat. Kalau tetap menggunakan idiom tersebut, mestinya menggunakan Muslim Nusantara.

Penilaian itu disampaikan Ketua DPP Angkatan Muda Majelis Dakwah Islamiyah Indonesia, Fahman Habibi, dalam siaran persnya (Selasa, 16/6).

Dia mengungkapkan, jika sifat kenusantaraan sebagai istilah lain dari kebhinnekaan Indonesia yang ingin dimunculkan, mestinya ditujukan kepada pengikut paham kenusantaraan itu sendiri. "Jadi, penggunaan kata yang tepat itu adalah Muslim Nusantara," ucapnya.

Apalagi, dia menambahkan, Islam harus tetap diletakkan pada posisi tertinggi tanpa terkelompok ke dalam golongan manapun di seluruh dunia.

"Sehingga Islam itu tetap menjadi satu dan kita menjadi ummatan wahidatan," ucap alumni Pesantren Darunnajah, Cipining, Bogor ini.

Karena, istilah Islam Nusantara tersebut akan semakin mengkotak-kotakkan umat Islam. "Setelah umat terbagi kepada kelompok Sunni dan Syiah, kini NU menawarkan Islam Nusantara," tegasnya.

Karena itu dia berharap Muktamar NU yang akan akan digelar Agustus mendatang, bisa menjadi pelopor yang akan mendamaikan kelompok aliran agama dan ikut memurnikan ajaran Islam yang bersumber kepada Alqur'an dan Assunnah shohihah wal maqbulah. [rmol/islamedia]