Oleh: Ummu Kulsum Marasabessy*
BAGI Anda yang gemar menonton film King Suleiman atau Abad Kejayaan mungkin tak menghiraukan scene saat Sultan Suleiman al-Qanuni mengutus Ibrahim Pasha untuk bernegosiasi dengan Syiah Safawi .
Bila Anda buta akan sejarah, satu hal yang timbul dalam pikiran adalah Turki Usmani di era Sultan Suleiman adalah sangat kejam saat menumpas pemberontak Syiah Safawi. Selalu saya bilang di setiap tulisan, Anda perlu mempelajari sejarah, mengenal sejarah agar paham siapa kawan dan siapa lawan.
Sebelum Syiah Safawi dilawan dengan pedang ada masa dimana Ibrahim Pasha berdialog dalam bahasa politik seperti saya sebut diatas dengan kata negosiasi.
Anda yang menonton waib waspada karena pemikiran/mindset anda digiring seakan-akan Turki Usmani adalah kekhalifahan yang zalim. Mereka memerangi orang-orang sufi yang zuhud.
Orang-orang Syiah Safawi nampak dalam film dicitrakan bersahaja, bertasbih, dan dikelilingi orang-orang yang tunduk pada pemimpin. Anda perlu tahu siapa sejatinya Syiah Safawi. Mengapa mereka melakukan pemberontakan? Mengapa kekhalifahan Turki Usmani memerangi mereka setelah negosiasi gagal?
Siapa Sejatinya Syiah Safawi
Situs Wikipedia merangkum secara singkat tentang asal usul Syiah Safawi: “Dinasti Safawiyah bermula dari gerakan Sufi di kawasan Azerbaijan yang disebut Safawiyeh. Pendiri gerakan Sufi ini ialah Sheikh Safi Al-Din (1252–1334).
Sheikh Safī al-Dīn Abdul Fath Is’haq Ardabilī berasal dari Ardabil, sebuah kota di wilayah Azerbaijan Iran. Ia merupakan anak murid seorang imam Sufi iaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari Lahijan). Safi Al-Din kemudian mengganti ajaran Sufi ini menjadi ajaran Syiah sebagai tanggapan terhadap serangan tentara Mongol di wilayah Azerbaijan. Pada abad ke-15, Safawiyah mula meluaskan pengaruh dan kekuasaannya dalam bidang politik dan militer ke seluruh Iran dan berhasil merebut seluruh Iran dari pemerintahan Timuriyah.
Sengaja saya garis miring kalimat “mengganti dari ajaran Sufi ke ajaran Syiah”. Orang-orang yang tidak paham, akan memberikan penilaian yang salah kaprah. Syiah Safawi memberontak karena mereka jelas berbeda pandangan ideologi dengan Kekhalifaan Turki Usmani yang penganut Sunni. Pemberontakan ini adalah pemberontakan ideologi (keyakinan) dan politik.”
Bahkan dalam blog kerajaan Safawi tulisan tentang sejarah dan ajarannya cukup jelas. Berikut saya kutipkan beberapa kalimat yang lebih rinci.
“Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerjaan besar Islam lainnya seperti kerajan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syiah dan dijadikan madzhab Negara. Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syiah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Bermula dari perajurit akhirnya mereka memasuki dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan al junaid. Dinasti safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam kegiatan kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan penguasaan kara koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa turki yang akhirnya menyebabkan kelompok junaid kalah dan di asingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar bakr, AK –Koyunlu juga suku bangsa turki. Ia tinggal di istana Uzun hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M. Ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun Hasan dan lahirlah ismail dan kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi dan mengatakan bahwa Syiah-lah yang resmi dijadikan mazhab kerajaan ini. Kerajaan inilah dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran.”
Sebelum mengakhiri artikel ini, sekarang saya bertanya, pahamkah Anda dengan tulisan saya diawal yang langsung memberi judul distorsi ketika film ini pertama kali ditayangkan? Saya ingatkan lagi, Belajarlah sejarah karena sejarah menuntun kepada kebenaran. Tanpa pengetahuan sejarah kita akan selalu mudah digiring kepada kebatilan.
*Penulis alumnus Universitas Pasundan, Bandung. Peminat masalah sosial keagamaan
Sumber: Hidayatullah
BAGI Anda yang gemar menonton film King Suleiman atau Abad Kejayaan mungkin tak menghiraukan scene saat Sultan Suleiman al-Qanuni mengutus Ibrahim Pasha untuk bernegosiasi dengan Syiah Safawi .
Bila Anda buta akan sejarah, satu hal yang timbul dalam pikiran adalah Turki Usmani di era Sultan Suleiman adalah sangat kejam saat menumpas pemberontak Syiah Safawi. Selalu saya bilang di setiap tulisan, Anda perlu mempelajari sejarah, mengenal sejarah agar paham siapa kawan dan siapa lawan.
Sebelum Syiah Safawi dilawan dengan pedang ada masa dimana Ibrahim Pasha berdialog dalam bahasa politik seperti saya sebut diatas dengan kata negosiasi.
Anda yang menonton waib waspada karena pemikiran/mindset anda digiring seakan-akan Turki Usmani adalah kekhalifahan yang zalim. Mereka memerangi orang-orang sufi yang zuhud.
Orang-orang Syiah Safawi nampak dalam film dicitrakan bersahaja, bertasbih, dan dikelilingi orang-orang yang tunduk pada pemimpin. Anda perlu tahu siapa sejatinya Syiah Safawi. Mengapa mereka melakukan pemberontakan? Mengapa kekhalifahan Turki Usmani memerangi mereka setelah negosiasi gagal?
Siapa Sejatinya Syiah Safawi
Situs Wikipedia merangkum secara singkat tentang asal usul Syiah Safawi: “Dinasti Safawiyah bermula dari gerakan Sufi di kawasan Azerbaijan yang disebut Safawiyeh. Pendiri gerakan Sufi ini ialah Sheikh Safi Al-Din (1252–1334).
Sheikh Safī al-Dīn Abdul Fath Is’haq Ardabilī berasal dari Ardabil, sebuah kota di wilayah Azerbaijan Iran. Ia merupakan anak murid seorang imam Sufi iaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari Lahijan). Safi Al-Din kemudian mengganti ajaran Sufi ini menjadi ajaran Syiah sebagai tanggapan terhadap serangan tentara Mongol di wilayah Azerbaijan. Pada abad ke-15, Safawiyah mula meluaskan pengaruh dan kekuasaannya dalam bidang politik dan militer ke seluruh Iran dan berhasil merebut seluruh Iran dari pemerintahan Timuriyah.
Sengaja saya garis miring kalimat “mengganti dari ajaran Sufi ke ajaran Syiah”. Orang-orang yang tidak paham, akan memberikan penilaian yang salah kaprah. Syiah Safawi memberontak karena mereka jelas berbeda pandangan ideologi dengan Kekhalifaan Turki Usmani yang penganut Sunni. Pemberontakan ini adalah pemberontakan ideologi (keyakinan) dan politik.”
Bahkan dalam blog kerajaan Safawi tulisan tentang sejarah dan ajarannya cukup jelas. Berikut saya kutipkan beberapa kalimat yang lebih rinci.
“Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerjaan besar Islam lainnya seperti kerajan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syiah dan dijadikan madzhab Negara. Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syiah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Bermula dari perajurit akhirnya mereka memasuki dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan al junaid. Dinasti safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam kegiatan kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan penguasaan kara koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa turki yang akhirnya menyebabkan kelompok junaid kalah dan di asingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar bakr, AK –Koyunlu juga suku bangsa turki. Ia tinggal di istana Uzun hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M. Ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun Hasan dan lahirlah ismail dan kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi dan mengatakan bahwa Syiah-lah yang resmi dijadikan mazhab kerajaan ini. Kerajaan inilah dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran.”
Sebelum mengakhiri artikel ini, sekarang saya bertanya, pahamkah Anda dengan tulisan saya diawal yang langsung memberi judul distorsi ketika film ini pertama kali ditayangkan? Saya ingatkan lagi, Belajarlah sejarah karena sejarah menuntun kepada kebenaran. Tanpa pengetahuan sejarah kita akan selalu mudah digiring kepada kebatilan.
*Penulis alumnus Universitas Pasundan, Bandung. Peminat masalah sosial keagamaan
Sumber: Hidayatullah