Para Biksu Buddha Marah Setelah Pemerintah Myanmar Akhirnya Menolong Rohingya


Ratusan pemeluk agama Buddha garis keras Myanmar yang disertai para biarawan biksu melakukan aksi unjuk rasa berbau SARA di wilayah negara bagian Rakhine pada hari Minggu (14/6).

Mereka protes atas kebijakan pemerintah Myanmar yang memberikan pertolongan dan penyelamatan kepada pengungsi Rohingya yang terdampar di sekitar perairan teluk Benggala. Menurut pada Buddhist radikal ini, pemerintah seharusnya tidak menyelamatkan "imigran gelap" di teluk Benggala.

Sekitar 500 orang dan didukung oleh puluhan biksu, berkumpul dalam kemarahan di bawah hujan deras di kota Sittwe. Massa ini meneriakkan slogan-slogan protes. Menolak penempatan pengungsi Rohingya di Rakhine, karena dianggap imigran gelap.

"Kami menentang para Bengali (sebutan untuk Rohingya) yang dimasukkan ke negara bagian Rakhine," ujar Mr Aung Htay, pemimpin protes di Sittwe kepada AFP, dilansir oleh Straits Times.

Sumber AFP menyebut jika aksi protes tersebut juga diselenggarakan di 10 kota lainnya di negara bagian Rakhine.

Setelah berbagai kritik dan tekanan dunia internasional, pada akhir bulan lalu pemerintah Myanmar akhirnya ikut menyelamatkan ratusan manusia perahu dan membawa mereka ke darat. Sebelumnya pemerintah Myanmar tidak peduli dan menolak disalahkan atas gelombang manusia perahu di laut Asia Tenggara.

Rohingya disebut sebagai salah satu etnis minoritas paling tertindas di dunia. Selain tidak "diakui" di tanah asalnya sendiri, sehingga hidup dalam diskriminasi dan kesulitan memperoleh akses fasilitas dasar seperti kesehatan maupun pendidikan. Gerakan Buddha radikal juga menginginkan mereka diusir dari wilayah Myanmar. (Straits Times/Okezone/rslh)

***

Beruntunglah mereka yang hidup di negara yang mayoritasnya Islam seperti Indonesia.

Minoritas di negara ini merasakan "surga" hidup di Indonesia.

Bahkan yg mayoritas tidak hanya dituntut toleransi, tapi terus mengalah.

Beda dengan di negara dimana Islam jadi minoritas, jangankan toleransi. Bisa hidup aman tanpa dibunuh saja sudah merupakan "surga".