Gembira Saat Ramadhan Datang

Oleh Dr. Muzani

Marhaban Ya Ramadhan, ungkapan tersebut melambangkan kegimbaraan dari Rasul dan Para Sahabat tatkala menenti kedatangan bulan Ramadhan. Rasul dengan para sahabat dikisahkan bernyanyi kecil “marhaban ya ramadhan”, suatu pertanda pula bahwa kondisi itu adalah suatu kondisi yang menggembirakan.

Mengapa Rasul dan para sahabat begitu gembira menanti kedatangan bulan ramadhan? Apa yang berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya nya? Pemahaman Beliau yang begitu mendalam mengenai bulan Ramadhan membuat beliau memiliki kegimbaraan yang luar biasa menanti kedatangan bulan Ramadhan ini.  

Sebaliknya Rasul dan para sahabat sedih dan menangis tatkala bulan Ramadhan akan berakhir. Apa yang membuat Beliau sedih dan menangis? Tentu pemahaman juga yang membawa Beliau sedih dan menangis manakala bulan Ramadhan akan berakhir. Pemahaman yang Beliau miliki adalah salah satunya Beliau khawatir manakala Ramadahan berakhir maka Beliau tidak bisa lagi ketemu dengan bulan Ramadhan berikutnya. 

Dari Abu Mas’ud Al Ghifari radhiyallohu anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda pada suatu hari ketika bulan Ramadhan telah datang: “Seandainya para hamba mengetahui apa (hakikat) bulan Ramadhan maka tentu ummatku menginginkan Ramadhan itu sepanjang tahun,… Sesungguhnya surga berhias untuk bulan Ramadhan di setiap penghujung tahun ke tahun berikutnya…”*

Oleh karena itu kita perlu barangkali membangun suasana yang dimiliki Rasul dan para sahabat, dimana membangun suasana kegimbaraan saat Ramadhan tiba serta sedih dan menangis manakala Ramadhan akan berakhir. 

Dua situasi tersebut dibangun dengan suasana kebatinan yang mendukung. Kalau suasananya tidak terbangun maka yang terjadi bisa sebaliknya yaitu sedih saat Ramadhan tiba dan gembira saat Ramadhan akan berakhir.

_
*لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُوْنَ السَّنَة كُلّهَا

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya [III/190], Abu Ya’la Al-Mushili di dalam Musnadnya [IX/180]