Akibat Suntik Silikon, Pria Ini Miliki Mr P Raksasa

Senin, 13 April 2015 | 11:14 WIB


Dailymail
Micha Stunz selalu berusaha menutupi area organ vitalnya dengan tas saat berada di tempat umum.

KOMPAS.com — Seorang pria Jerman yang memperbesar penisnya dengan silikon justru kesulitan saat berhubungan seks. Pria berusia 45 tahun itu memperbesar alat vitalnya untuk merasa "lebih baik".

Dengan silikon itu, panjang alat kelamin yang dimiliki Micha Sunch adalah 22,86 cm dengan berat antara 7,5 lbs sampai 9,5 lbs, antara 3 kg sampai 4,3 kg. "Saya tak tahu persis beratnya. Timbangan dapur yang menimbang sampai 3 kilogram tidak bisa menimbangnya," ujar pria yang tinggal di Berlin itu. Ia memperbesar alat vital bukan untuk membuatnya lebih tampan, melainkan agar ia merasa "lebih baik". Kenyataannya, silikon itu justru tidak memberikan kesenangan fisik dan membuat kegiatan seksnya menjadi lebih sulit kendati masih dapat dilakukan.

Ia tak bisa lagi mendapatkan ereksi yang normal. Perbesaran penis tak lagi terlihat karena silikon di dalamnya.
Meskipun penis besarnya membatasi kehidupan seksnya, ia justru ditantang lebih kreatif di tempat tidur. "Setelah mendapatkan ukuran tertentu, ada hal-hal yang tak lagi dapat dilakukan. Paling tidak, tidak dengan semua orang dan harus dilakukan dengan pemanasan," ujarnya.
Minat Stunz pada perbesaran penis dimulai sekitar 20 tahun lalu ketika mendapatkan pompa sebagai hadiah. "Saya terlalu ingin tahu untuk mencobanya. Pertama kali, saya mencobanya diam-diam. Ternyata, ketika dipompa, saya merasa enak," katanya.
"Saya merasakan saya tak terjebak dalam tubuh yang lama, tetapi saya mendapatkan kemungkinan mengubah dan membentuknya," ujarnya.
Lalu, ia memperbesar alat vitalnya dengan injeksi saline. Ia merasa enak juga, tetapi berhenti karena tidak menyukai injeksi dan selalu ada risiko infeksi, juga karena orang di sekitar mulai bertanya-tanya kenapa darah di selangkangan berubah ukuran. Sejak itu, ia mulai mencari sesuatu yang permanen.
Dibutuhkan beberapa tahun baginya untuk menemukan injeksi silikon yang hanya di London ketika ia mulai mencarinya. Bukannya mencari pertolongan medis dari profesional, ia justru mendapatkannya dari mahasiswa kedokteran yang setuju memberikan injeksi pertama. Hingga kini, ia sudah mendapatkan empat kali injeksi di penis dan skrotum.
Dr Aref el Seweife, ahli urologi dari Berlin yang melakukan operasi perbesaran penis, memperingatkan bahwa injeksi silikon di alat vital itu dapat menyebabkan infeksi yang akhirnya membuatnya harus dipotong. "Dalam kasus terburuk, infeksi itu dapat menyebabkan perbesaran arteri di skrotum dan testis mati," ujarnya.
Studi tahun 2012 dalam Urology Annals pun menyebutkan, prosedur perbesaran penis dengan silikon cair oleh seseorang bukan dokter dapat mendatangkan konsekuensi mengerikan. Stunz mengakui kesalahannya dan setuju pria lain yang ingin memperbesar alat vitalnya harus mendapatkan informasi yang benar.
Dengan ukuran yang tak biasa itu, Stunz mengaku berusaha hidup normal. Ia berusaha membuat alat vitalnya tak terlalu kelihatan. Tidak mudah pula baginya untuk membeli celana.
Ia juga memilih buang air kecil di kloset dalam bilik karena takut kelihatan aneh ketika menggunakan urinal. Ia menggunakan tas selempang untuk menutupi gundukan besar di celana dan tak pernah bercerita kepada orang dekatnya mengenai penampilan fisiknya.
Kadang ia khawatir calon pasangannya hanya tertarik kepadanya karena ukuran alat vitalnya. "Ketika ukuran berkurang, selalu ada bahaya dalam hubungan asmara. Namun, ketika kita punya waktu mengenali orang lain, Anda bakal menemukan ia benar-benar mencintai atau hanya bagian dari diri Anda," katanya.
Stunz percaya minatnya pada perbesaran penis mengingkari seksisme yang berakar dalam. "Ketika seorang wanita memperbesar payudara, tak seorang pun berkomentar. Saat seorang pria melakukan hal yang sama pada tubuhnya, hal itu jadi layak dibuat dokumentasi karena luar biasa. Saya harap ini berubah karena perbedaannya tak sebesar itu," tuturnya.

Sumber :
Editor :
Lusia Kus Anna